1. Sejarah Kamera SLR dan DSLR
Kamera SLR pertama sudah muncul pada abad ke-18, jauh sebelum fotografi
ditemukan. Kamera ini berbentuk kotak besar dengan sebuah lubang kecil di
bagian depan dan sebuah focus screen di bagian atas. Ditutupi dengan sebuah
kain hitam, sang “fotografer” kemudian melihat gambar hitam yang ditangkap oleh
lensa berlubang. Lalu, gambar dituangkan ke dalam kerta dengan pensil. Dengan
lensa tersebut, gambar akan tampak horizontal di depannya. Setelah penemuan fotografi
pada tahun 1825, Thomas Sutton kemudian membuat kamera foto SLR pertama pada
tahun 1861. Gambar yang ditangkap sudah berdiri tegak dan focus screen tidak
perlu lagi diganti dengan pelat foto karena lensa dapat dibuka-lipat.
Kamera SLR pertamakali dikembangkan dan dikenalknan pada tahun 1936 oleh
exakta yang memelopori munculnya kamera SLR 35 mm. Kamera tersebut untuk
menggunakan film warna yang dibuat oleh Kodakchrome dengan sistem film
multilayered. Perkembangan kamera SLR ternyata diikuti oleh negara swedia yang
kemudian terkenal dengan kamera Hasselblad-nya. Pada tahun 1948, Hasselblad
membuat kamera dengan format medium komersial pertama. Hingga saat ini,
Hasselblad menjadi pencipta kamera bermutu sangat tinggi dan menjadi idaman
fotografer professional. Perkembangan kamera tersebut ternyata diikuti pula
oleh negara Jepang yang sangat terkenal ambisius dalam mengembangkan
teknologinya sendiri, dengan berkaca pada pengalaman negara Barat. Pada tahun
yang sama, Zentax memperkenalkan konsep diafragma otomatis pada kamera LSR.
Pada tahun 1949, untuk pertamakalinya dikenalkan sistem penta prisma atau
prisma segilima yang diletakkan pada sisi atas kamera. Sistem itu dikenalkan
oleh perusahaan kamera Contax di Jerman Timur pada tanggal 20 Mei 1949. sistem
lensa dan prisma tersebut ternyata menjadi acuan bagi perkembangan kamera
selanjutnya. Hingga saat ini.
2. Jenis - jenis Kamera SLR dan DSLR
Kamera refleks lensa tunggal (bahasa Inggris: Single-lens reflex (SLR) camera)
adalah kamera yang menggunakan sistem jajaran lensa jalur tunggal untuk
melewatkan berkas cahaya menuju ke dua tempat, yaitu Focal Plane dan
Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk dapat melihat objek melalui
kamera yang sama persis seperti hasil fotonya. Hal ini berbeda dengan kamera
non-SLR, dimana pandangan yang terlihat di viewfinder bisa jadi berbeda dengan
apa yang ditangkap di film, karena kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa
ganda, 1 untuk melewatkan berkas cahaya ke Viewfinder, dan jajaran lensa yang
lain untuk melewatkan berkas cahaya ke Focal Plane.
Kamera SLR menggunakan pentaprisma yang ditempatkan di atas jalur optikal
melalui lensa ke lempengan film. Cahaya yang masuk kemudian dipantulkan ke atas
oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma. Pentaprisma kemudian
memantulkan cahaya beberapa kali hingga mengenai jendela bidik. Saat tombol
dilepaskan, kaca membuka jalan bagi cahaya sehingga cahaya dapat langsung
mengenai film.
Macam-macam lensa
> Lensa Standar. Lensa ini disebut juga lensa normal. Berukuran 50
mm dan memberikan karakter bidikan natural.
> Lensa Sudut-Lebar (Wide Angle Lens). Lensa jenis ini dapat
digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit. Karakter lensa
ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran sebenarnya. Dengan
menggunakan lensa jenis ini, di dalam ruangan kita dapat memotret lebih banyak
orang yang berjejer jika dibandingkan dengan lensa standar. Semakin pendek
jarak fokusnya, maka semakin lebar pandangannya. Ukuran lensa ini beragan mulai
dari 17 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm.
> Lensa Fish Eye. Lensa fish eye adalah lensa wide angle dengan
diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat.
Gambar yang dihasilkan melengkung.
> Lensa Tele. Lensa tele merupakan kebalikan lensa wide angle.
Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek, namun mempersempit sudut
pandang. Yang termasuk lensa tele adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena
sudut pandangannya sempit, lensa tele akan mengaburkan lapangan sekitarnya.
Namun hal ini tidak menjadi masalah karena lensa tele memang digunakan untuk
mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada subjek tertentu.
> Lensa Zoom. Merupakan gabungan antara lensa standar, lensa wide
angle, dan lesa tele. Ukuran lensa tidak fixed, misalnya 80-200 mm. Lensa ini
cukup fleksibel dan memiliki range lensa yang cukup lebar. Oleh karena itu
lensa zoom banyak digunakan, sebab pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai
dengan yang dibutuhkan.
> Lensa Makro. Lensa makro biasa digunakan untuk memotret benda
yang kecil.
DSLR
Digital Single Lens Reflex (Digital SLR atau DSLR) adalah kamera digital yang
menggunakan sistem cermin otomatis dan pentaprisma atau pentamirror untuk
meneruskan cahaya dari lensa menuju ke viewfinder.
Kamera DSLR memiliki keunggulan dalam hal ukuran sensornya yang jauh lebih
besar dibanding kamera digital biasa. Hal ini kamera ukuran sensor dibuat
menyamai ukuran film analog 35mm atau yang dikenal dengan sebutan full frame
(36 x 24mm). Sensor yang besar artinya setiap pikselnya memiliki ukuran yang lebih
besar, sehingga kemampuan dalam menangkap cahaya lebih baik. Maka itu kamera
DSLR memiliki kemampuan ISO tinggi yang baik dimana pada ISO tinggi pun
noisenya masih terjaga dengan baik. Namun dengan sensor yang berukuran besar,
biaya produksi kamera DSLR menjadi tinggi khususnya DSLR full frame. Selain
memakai sensor berukuran 35mm, kamera DSLR juga tersedia dengan sensor yang
berukuran lebih kecil.
Tujuannya adalah untuk menekan biaya produksi dan membuka kesempatan
memproduksi lensa khusus yang bisa dibuat lebih kecil dan dengan biaya yang
lebih murah.
Sensor yang lebih kecil dari sensor full frame biasa disebut dengan
crop-sensor, karena gambar yang dihasilkan tidak lagi memiliki bidang gambar
yang sama dengan fokal lensa yangdigunakan. Hal ini biasa disebut dengan crop
factor, dinyatakan dengan focal length multiplier, suatu faktor pengali yang
akan membuat fokal lensa yang digunakan akan terkoreksi sesuai ukuran sensor.
Perkalian ini akan menaikkan fokal efektif dari fokal lensa yang dipakai sehingga
hasil foto yang diambil dengan sensor crop ini akan mengalami perbesaran
(magnification). Semakin kecil sensornya maka semakin tinggi crop factornya dan
semakin besar perbesaran gambarnya.
Berikut adalah bermacam ukuran sensor kamera DSLR dan kaitannya dengan crop
factor :
Full frame 35mm (36 x 24mm) :
tanpa crop factor
APS-H (28.7 x 19mm)
: crop factor 1,3x
APS-C (23.6 x 15.7mm)
: crop factor 1,5x
APS-C (22.2 x14.8mm)
: crop factor 1,6x
Four Thirds (17.3 x 13mm)
: crop factor 2x
Lensa yang didesain untuk kamera DSLR full frame memiliki diameter image
circle yang disesuaikan dengan ukuran sensor 35mm. Dengan semakin banyaknya
DSLR dengan sensor yang lebih kecil daripada sensor full frame, maka kini
semakin banyak dibuat lensa khusus dengan diameter image circle yang juga lebih
kecil. Lensa ini dibedakan dengan penamaan khusus, misalnya memakai kode EF-S
untuk Canon dan DX untuk Nikon. Lensa semacam ini berukuran lebih kecil dan
tergolong lensa generasi modern yang sudah dilengkapi dengan CPU. Namun lensa
dengan diameter kecil ini tidak bisa dipakai di DSLR full frame karena hasil
fotonya akan mengalami vignetting (ada lingkaran di pojok foto akibat diameter
lensa yang lebih kecil dari ukuran sensor).Jalur agak berbeda ditempuh oleh
Olympus yang memakai sensor Four Thirds (4/3) di seluruh jajaran kamera
DSLRnya, sehingga lensanya pun sudah didesain memiliki image circle yang sesuai
dengan sensor Four Thirds.
Sebagai contoh, sebuah lensa fix 50mm akan memberikan panjang fokal efektif
yang berbeda bila mengalami crop factor berikut :
1,3x : 65mm
1,5x : 75mm
1,6x : 80mm
2x : 100mm
3. Perbedaan Kamera SLR dan DSLR
DSLR dan SLR adalah camera yang hanya berbeda pada sistem kerjanya.
·
DSLR (Digital Single Lens Reflex) bekerja dengan sistem digital
penuh sejak saat capture obyek foto oleh Image Sensor hingga penulisan pada
memory card. Karena itu pada DSLR terdapat lebih banyak tombol dibanding SLR
seperti pilihan ISO, White Balance, Preset Scenes, Resolusi dan lainnya, dan
yang paling membedakan adalah tersedianya memory slot yang terkadang lebih dari
1.
· SLR dalam
sistem kerjanya berbeda dengan DSLR, misalnya tidak tersedia pilihan ISO
(karena secara otomatis ditentukan oleh casing film yang terbuat dari metal
kemudian dicat pada bagian2 tertentu), dan tombol lainnya seperti yang ada pada
DSLR.
· SLR lebih sederhana, sistem
electronicnya hanya berfungsi untuk pengaturan komposisi foto secara otomatik
(aperture, speed) bagi profesional pengaturan auto ini justru sering di non
aktifkan, selebihnya perintah untuk menggulung film maju atau mundur secara
otomatis.
· Pada SLR
media penyimpan data gambar disimpan pada film 35MM (analog) tidak diperlukan
proses digitalisasi, kompresi data sehingga gambar bisa langsung dilihat
hasilnya pada film tersebut. Bila ingin memproses foto lebih lanjut gulungan
film inilah yang dibawa ke laboratorium cuci cetak foto.
· Sedangkan
untuk melihat hasil foto pada DSLR kita harus memakai LCD atau monitor PC dan
dibutuhkan software untuk bisa melihat hasil foto maupun editing, tetapi inilah
keunggulan DSLR sehingga hasil foto langsung tersaji pada LCD yang tersedia
pada tiap DSLR. Bila ingin memproses edit dan cetak foto maka tinggal
menyerahkan memory card ke laboratorium cetak foto untuk di copy ke PC mereka
bahkan kita bisa mem print sendiri di rumah. Jadi “sayonara” roll film bagi
DSLR.
Sedangkan kesamaan DSLR dan SLR adalah mekanisasi pengambilan obyek foto
yang menggunakan satu lensa (single lens) yang sama untuk fungsi membidik (via
viewfinder) dan menyampaikan hasil bidikan kepada Image Sensor (DSLR) atau pada
Film (SLR). Progres tersebut dikerjakan secara reflexy (memakai kaca pantul
yang terdapat didalam camera).
4. Pengertian Fotografi
Pengertian Fotografi, Fotografi (Photography, Ingrris) berasal dari 2 kata
yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam
seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media
cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk
menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya
yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer
untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang
bisa dibuat
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan
sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar
dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik
dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebutlensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar,
digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran
pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya
tersebut dengan merubah kombinasi ISO / ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture),
dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed
selanjutnya disebut sebagai Eksposur (Exposure).
Nah sekarang udah pada tau kan sejarahnya, pengertiannya dan perbedaannya ?
Setelah dibaca langsung masuk ke otak ya dan do CTRL + S, jadi pas guru
ada yang nanya bedanya Kamera SLR sama Kamera DSLR apa bisa jawab deh, hehehe
:D.
Oke mudah2an bisa nambah ilmu buat kalian yang membaca, terima kasih udah
berkunjung kembali di blog saya dan setia menunggu saya posting.
TERIMA KASIH.